Halaman

Rabu, 30 Oktober 2013

Budaya Korupsi


Ditengah semakin majunya perekonomian Indonesia. Mencerminkan suatu peningkatan ekonomi yang cukup signifikan . tapi hal itu diperburuk oleh isu-isu yang sering terjadi, bahkan menjadi momok yang besar  bagi suatu Negara. Khususnya Negara Indonesia. Munculnya orang kaya baru dan banyaknya pejabat-pejabat yang menduduki posisi jabatan tinggi baik dalam bidang politik, social, hukum dan budaya. Tentulah hal ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang mulai sadar akan pentingnya suatu pendidikan untuk mengupgrade tatanan hidup di masa depan. semakin tinggi  pendidikan suatu negara, semakin baik masa depan negaranya dimasa yang akan datang.
“Manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang diperolehnya “.  Filosofi ini merupakan deskripsi real yang sering terjadi dalam hidup setiap orang. Seperti halnya teori kebutuhan Moeslow, bahwa  Ketika kebutuhan dasar telah terpenuhi maka seorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi dari kebutuhan dasarnya. Hal inilah yang membuktikan bahwa kebutuhan manusia sangat tidak tidak terbatas atau dengan kata lain manusia tidak akan pernah merasa puas. Hal inilah yang sering terjadi dalam kehidupan nyata seseorang.
Beberapa waktu yang lalu kita baru saja di kejutkan dengan berita bahwa salah satu petinggi hukum melakukan tindak korupsi. Mungkin sering kali kita telah mendengar, dan bahkan telah menjadi hal yang sering kita dengar di berbagai media baik televisi maupun surat kabar banyak pejabat dan petinggi-petinggi yang melakukan tindak korupsi guna melancarkan kegiatan bisnis mereka. Tentulah hal inilah yang menjadi mimpi buruk bagi setiap Negara. Sehingga bisa menciptakan suatu Gap yang besar bagi kepercayaan masyarakat.
Lembaga hukum yang seharusnya tahu mana yang benar dan salah, buruk atau baik justru bermain-main dengan batang korek api yang bisa menyebabkan api yang besar. Hal ini justru akan semakin memperburuk citra setiap Negara khususnya untuk Negara yang memiliki tingkat korupsi tertinggi. Hal inilah yang menciptakan suatu sistem ketidakpercayaan (Unbelieveable system) dalam diri setiap orang sehingga akan menghasilkan mindset yang cenderung negative. Maka, jangan heran bila melihat banyak orang yang tidak mau mematuhi aturan bahkan cenderung untuk melanggarnya serta orang-orang yang tidak mau lagi menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum (pemilu) dan lain sebagainya.
Dari berbagai sector yang ada baik dari pemerintah, swasta maupun BUMN semua tidak pernah lepas dari tindak korupsi. Seolah-olah korupsi adalah suatu prestisius yang tinggi sehingga banyak pejabat-pejabat tinggi berlomba-lomba untuk melakukan tindak korupsi.  Mereka seolah-olah menutup mata dan tidak tahu akan kesalahan yang telah mereka lakukan. “saya tidak mungkin melakukan hal yang sebodoh itu, jika memang saya terbukti melakukannya. Maka, saya siap di gantung di atas monas”. Salah satu kalimat ini pernah di utarakan oleh seorang pejabat tinggi. Kalimat ini seolah-olah di ucapkan untuk menutupi jejak dan mencuci tangan, seolah-olah tidak melakukan apa-apa. Sehingga masyarakat percaya akan hal itu.
Tapi hal itu tidaklah bertahan lama, karena sepandai pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. KPK berhasil menemukan bukt kejahatan yang dilakukannya. Suatu Negara akan terus masuk ke dalam GAP bila kasus korupsi ini tidak segera ditangani dan di tindak lanjuti. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir tindak korupsi yaitu dengan cara menerapkan mindset dalam diri kita, bahwa korupsi itu adalah sebuah kehancuran. Yang kedua penegasan hukum harus benar-benar di junjung tinggi. Artinya hukum tidak memandang bulu. Apakah ia berasal dari keluarga kaya atau miskin, pejabat atau bukan, yang jelas jika ia terdapat melakukan sebuah kesalahan. Maka, haruslah dihukum secara adil dan benar. kita berharap, semoga Negara kita ini di tahun-tahun depan bisa menjadi Negara yang benar-benar terbebas dari tindak pidana korupsi. Setiap kita ingin menciptakan sesuatu yang indah untuk hidup ini, tapi sesuatu yang indah itu tidak akan bisa tercipta jika kita tidak melakukan action perubahan dimasa sekarang.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Pemerataan Kesejahteraan Rakyat Melalui Kredit Usaha Mikro

Berawal dari kriris moneter yang terjadi pada tahun 1998. Bangsa Indonesia benar-benar merasakan gejolak ekonomi yang sangat dahsyat dari sektor ekonomi. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang gulung tikar alias bangrut. Membuat perekonomian Indonesia benar-benar terpuruk. Bahkan sampai membuat pemerintah bingung dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bahkan, banyak bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya seperti yang melayani simpan pinjam bangkrut dan tidak bisa mengembalikan seluruh uang-uang yang di tabung oleh masyarakat secara keseluruhan. Akibat dari krisis moneter itu sebagian besar masyarakat menarik semua uangnya dari bank karena takut akan kehilangan uangnya. Sehingga, banyak bank mengalami kesulitan dalam likuiditasnya.
Sebagai introspeksi, harus kita akui bahwa krisis di Indonesia benar-benar tidak terduga datangnya, seperti pencuri yang datang pada malam hari. Sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998) bahwa diantara 34 negara bermasalah  yang diambil sebagi percontohan (sample) penelitiannya, Indonesia adalah Negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan Negara-negara lain dalam percontohan tersebut. Ketika Negara tetangga kita yaitu Thailand menunjukkan gejala krisis, pada umumnya orang-orang akan percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama. Indonesia  dipercaya memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat untuk menahan dampak eksternal akibat kejatuhan ekonomi Thailand.
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan krisis ekonomi tahun 1997-1998 di Indonesia. Pertama, stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri dibidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut. Kedua, banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. Ketiga, sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintah otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula. Keempat, perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri. Walaupun persoalan perbankan dan hutang swasta menjadi penyebab dari krisis ekonomi. Namun, faktor ketiga dan keempat merupakan penyebab lambatnya pemulihan krisis di Indonesia. Pemulihan ekonomi yang luar biasa atau yang di idam-idamkan bahkan tidak mungkin bisa tercapai, tanpa pemulihan kepercayaan pasar dan kepercayaan pasar tidak mungkin akan bisa pulih tanpa adanya stabilitas politik yang baik dan adanya pemerintahan yang terpercaya.
Dengan histori yang telah terjadi di bangsa Indonesia ini. Diharapkan histori ini bisa menjadi suatu cerminan bagi setiap kita khususnya bagi sektor pemerintah dan swasta. Agar lebih berhati-hati dan lebih bijaksana dalam melangkah serta mengambil keputusan. Dengan tidak didasari oleh keinginan individu seseorang.
Mungkin sebagian besar orang menganggap bahwa tingkat kesejahteraan di Indonesia  sudah merata atau sudah cukup mapan. Tapi mungkin ada juga yang sependapat dengan saya bahwa tingkat sejahteraan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Bahkan jauh dibawah setengah dari kata merata tersebut.
Kenapa saya beranggapan demikian. Karena, hal ini bisa dilihat dari kondisi fisik dan gambaran pola hidup masyarakat Indonesia. Serta banyaknya problema yang dihadapi oleh Negara Indonesia kita ini. Salah satunya, masih tingginya angka kemiskinan di Negara Indonesia kita ini, masih rendahnya tingkat pendidikan yang dikenyam oleh bangsa Indonesia ini. Khususnya di daerah-daerah pelosok tanah air, masih banyaknya pengangguran yang tidak tertampung dan lain sebagainya. Hal inilah yang masih menjadi momok besar bagi bangsa Indonesia untuk maju dan melangkah serta bisa bersaing dengan Negara lain.
Tentulah hal ini bukanlah menjadi suatu tugas dan tanggungjawab bagi sektor pemerintah atau sektor swasta saja. Tapi, ini juga merupakan suatu tugas dan tanggung jawab bagi setiap masyarakat Indonesia khususnya anda dan saya. Ibarat sebuah kapal yang di kemudikan oleh Nahkoda atau Jurumudinya. Sampai tidaknya kapal tersebut ke tujuan akhirnya tergantung dari Nahkoda atau jurumudi kapal tersebut. Artinya yang mengendalikan arah kemana kapal ini akan dibawah ialah bergantung pada jurumudinya. Sama halnya dengan bangsa Indonesia ini. Bangsa Indonesia bisa di bawa sampai pada tujuan akhirnya untuk mencapai cita-cita yang di idam-idamkan tergantung pada masyarakat dan pemerintah serta sektor swasta yang ada didalamnya.
Tentunya kita semua ingin dan mendambakan kondisi ekonomi yang di idam-idamkan. Seperti, terpenuhinya semua kebutuhan ekonomi kita, apa yang kita butuhkan bisa diperoleh dengan mudah tanpa harus bersusah payah dan lain sebainya.  Tapi, pada kenyataannya semua itu belum sepenuhnya bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Kenapa demikian? Jangankan untuk memenuhi semua kebutuhan, pekerjaan saja tidak punya. Hal inilah yang masih banyak di hadapi oleh sebagian besar orang Indonesia.
kita jangan sepenuhnya pasrah dengan keadaan kita yang sekarang ini. Mungkin kita tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri, atau kita berasal dari keluarga miskin atau kita benar-benar sama sekali terlahir dengan tidak mempunyai apa-apa. Sekarang ubahlah pola pikir dan paradigma kita. Tidak ada yang mustahil bila kita tetap berusaha dan kerja keras dalam menekuni suatu hal.
Telah lama kita mendengar dan mengetahui bahwa pemerintah sekarang telah memfokuskan pembenahan ekonomi dari sektor Kredit Usaha Rakyat atau yang biasa kita kenal dengan KUR. Pemerintah-pemerintah pusat dan khususnya pemerintah-pemerintah daerah telah mengembangkan KUR ini di berbagai pelosok tanah air. Kenapa demikian? Pertama, jika semua masyarakat Indonesia bergantung dengan lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah maka hal ini akan menciptakan suatu pengangguran yang luar bisa banyaknya sehingga mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan. Kedua, masyarakat Indonesia di ajar untuk membuka atau menciptakan lapangan kerja yang baru. agar sumber daya manusia yang ada di Indonesia bisa di serap secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu jika kita mempergunakan KUR ini  sebagai jembatan untuk menghubungkan sistem satu dengan sistem lain maka akan tercipta yang namanya suatu keseimbangan atau Balance.
Dewasa ini banyak lembaga-lembaga keuangan seperti bank yang menawarkan produk pinjaman kepada siapa saja guna untuk mengembangkan usaha rakyat. Hal ini merupakan suatu langkah yang baik dalam membangun dan menciptakan suatu pemerataan kesejahteraan di berbagai daerah.
Salah satu Bank yang mengembangkan dan berfokus pada usaha mikro menengah ialah Bank Rakyat Indonesia atau yang biasa kita kenal BRI. Bank ini berfokus pada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Dan terbukti dengan fokus terhadap usaha mikro atau kredit usaha rakyat  maka pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yang signifikan.
Untuk itu masyarakat dituntut untuk lebih berpikir kreatif lagi dalam meningkatkan kesejahteraan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsa Indonesia. Masyarakat harus lebih bisa menciptakan suatu terobosan baru dalam dunia usaha atau menjadi seorang yang berwirausaha.
Berwirausaha sebenarnya merupakan suatu jalan dalam menciptakan atau mendatangkan passive income yang tidak terbatas. Artinya tidak ada batasan pendapatan yang diterima setiap bulannya oleh para wirausahawan. Para wirausahawan bebas dalam menentukan jumlah pendapatannya. Hal ini tergantung, seberapa banyak produk yang laku terjual, apabila usaha kita berhubungan dengan perdagangan atau seberapa banyak jasa yang bisa kita jual. Hal ini tergantung dari banyak tidaknya barang atau jasa yang kita jual.
Berwirausaha tidak selalu di identikkan dengan menciptakan perusahaan yang besar, go public, tenar, punya relasi dimana-mana atau memiliki gedung yang bertingkat dan megah. Berwirausaha dilihat bukan dari bentuk fisiknya semata. Tapi, dari kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam menghasilkan suatu uang. Dengan kita berwirausaha maka kita telah menciptakan suatu lapangan kerja yang baru. Terciptanya suatu lapangan kerja yang baru akan mengurangi tingkat pengangguran yang ada disekitar daerah tempat tersebut. Mengurangnya tingkat pengangguran di suatu daerah akan menyebabkan pemulihan ekonomi secara berangsur-angsur. Pemulihan ekonomi berangsur-angsur akan menciptakan pemerataan pendapatan di suatu daerah. Pemerataan pendapatan disuatu daerah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga di kedepannya bisa mengupgrade  bangsa Indonesia menjadi bangsa atau Negara yang maju.
Untuk mewujudkan jiwa usaha dalam diri masyarakat. Maka masyarakat harus benar-benar menyadari bahwa betapa tidak terduganya kebutuhan kita diwaktu yang akan datang. Mengingat kondisi ekonomi yang tidak bisa di prediksi kemana arah dan tujuannya. Maka masyarakat harus benar-benar menyadari bahwa bekerja disektor pemerintahan atau swasta bukanlah merupakan hal yang menjanjikan.
Negara kita Indonesia ini bisa maju dan menyelesaikan segala problema dan meraih cita-cita yang diidamkan. Apabila dilakukan pembenahan di sektor usaha mikro, kecil dan menengah.  Karena sektor  usaha ini merupakan ujung tombak perekonomian  suatu Negara. Negara yang maju adalah Negara yang selalu memikirkan dan memfokuskan negaranya pada hal yang kecil. Hal yang kecil bila di kumpulkan sedikit demi sedikit maka lama kelamaan akan menjadi sebuah bukit yang besar.
Saya yakin dan percaya apabila sektor  usaha mikro, kecil dan menengah bisa lebih di tingkatkan maka, lambat laun. Perlahan namun pasti Indonesia akan dibawa pada peningkatan kesejahteraan ekonomi. Ekonomi suatu Negara sejahtera, maka, pemerataan pendapatan masyarakat akan benar-benar bisa tercipta dengan sendirinya. Pemerataan kesejahteraan masyarakat akan mendorong terciptanya suatu tatanan ekonomi yang cemerlang.
Mari, mulai dari sekarang dimulai dari diri kita sendiri. Untuk selalu menanamkan motivasi dalam diri kita untuk selalu memiliki sikap kewirausahaan. Dengan begitu kita akan menciptakan suatu jembatan yang bisa menghubungkan antara kita dengan bangsa Indonesia. Artinya ketika Indonesia dipenuhi dengan orang-orang yang berfokus pada dunia wirausaha. Maka, secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan Negara. Meningkatnya pendapatan Negara akan menciptakan suatu tatanan ekonomi yang baru.


Proses Pengambilan Keputusan oleh Konsumen.


BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara masalah pengambilan keputusan oleh konsumen tidak terlepas dari kegiatan beli membeli. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumen adalah setiap orang pemakaibarang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali maka dia disebut pengecer atau distributor. Seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi semakin maju teknologi yang ada membuat manusia dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan perkembangan yang ada. Seperti yang kita ketahui bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas dan untuk memenuhinya itu diperlukan alat pemenuh kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Manusia zaman sekarang dididik untuk dapat lebih peka dan tidak berperilaku konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kita dituntut untuk dapat lebih cermat dalam membeli sesuatu untuk meminimalkan pembelian yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas mengenai proses pengambilan keputusan oleh konsumen.
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Perilaku Konsumen
      Perilaku Konsumen dapat diartikan sebagai tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa yang mereka beli. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang. Terdapat 2 (dua) wujud dari perilaku konsumen, yaitu :

  • Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri. 
  • Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.

     Para konsumen sangat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat, selera. Sangat bermanfaat bagi para pemasar untuk membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang berbeda-beda, dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen itu.
Menurut Philip Kotler (2000:201) yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh dan Roni A. Rusli pengertian proses keputusan pembelian, yaitu : “Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pembelian dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian”.
Sedangkan menurut Buchari Alma (2004:105) pengertian keputusan pembelian sebagai berikut:
“bila konsumen mengambil keputusan, maka ia akan mempunyai serangkaian keputusan menyangkut, produk, merek, kualitas, model, waktu, harga, cara pembayaran, dan sebagainya. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan ini ada saja pihak lain yang memberi pengaruh terakhir, yang harus dipertimbangkan kembali, sehingga dapat merubah seketika keputusan semula”.

2.2 Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen
Produsen mendalami berbagai hal yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan suatu pengertian tentang bagaimana konsumen dalam kenyataannya membuat keputusan pada waktu membeli sesuatu. Produsen diharuskan mengetahui siapakah yang membuat keputusan itu, bagaimana tipe keputusan pembelian, dan bagaimana langkah-langkah dalam proses membeli tersebut.
Beberapa peranan seseorang dalam mempengaruhi sebuah keputusan pembelian (Philip Kotler 1993 : 252) :
·         Pengambil Inisiatif (initiator) :
adalah orang yang pertama-tama menyarankan atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
·         Orang yang mempengaruhi (influences) :
adalah orang yang pandangan atau nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
·         Pembuat Keputusan (decides) :
adalah seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan membeli: apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau dimana membeli.
·         Pembeli (buyer) :
adalah seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
·         Pemakai (user) :
adalah seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai produk dan jasa.

2.3 Tipe – tipe Proses Pengambilan Keputusan
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1.Pengenalan masalah (problem recognition).
Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source).
Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).
Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision).
Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation)
merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan.
Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli (Slamet Mulyana 2009) :
1. Kebudayaan
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks,
yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
2. Kelas sosial
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan lokasi tempat tinggal
3. Kelompok referensi kecil
Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan, dll
4. Keluarga
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:
a. Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
b. Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
c. Siapa yang melakukan pembelian.
d. Siapa pemakai produknya.
5. Pengalaman
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya
6. Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk beringkah laku
7. Sikap dan kepercayaan
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya
8. Konsep diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.
BAB III
KESIMPULAN
Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang setelah konsumsi akan dievaluasi kembali.

sumber :